Istana-istana Negara di Indonesia
- Istana Negara dan Istana Merdeka
Istana yang
berada di satu kompleks di jalan Merdeka Utara jakarta,
merupakan dua buah bangunan utama yang luasnya 6,8 hektare dan terletak di antara Jalan Medan
Merdeka Utara dan jalan Veteran, serta dikelilingi oleh sejumlah
bangunan yang sering digunakan sebagai tempat kegiatan kenegaraan.
Dua
bangunan utama adalah Istana Merdeka yang menghadap ke Taman Monumen Nasional dan Istana Negara yang menghadap ke Sungai Ciliwung.
Sejajar dengan Istana Negara ada pula Bina Graha.
Sedangkan di sayap barat antara Istana Negara dan Istana Merdeka, ada Wisma Negara.Saat
ini Istana Negara digunakan sebagai pusat kegiatan pemerintahan negara, Istana
Negara menjadi tempat penyelenggaraan acara-acara yang bersifat kenegaraan,
antara lain pelantikan pejabat-pejabat tinggi negara, pembukaan musyawarah dan
rapat kerja nasional, kongres bersifat nasional dan internasional, jamuan
kenegaraan, dan sebagai
tempat memperingati Detik-Detik Proklamasi pada setiap tanggal 17 Agustus.
Istana Kepresidenan Bogor terletak
di Kelurahan Paledang, Kecamatan Kota Bogor Tengah, Kotamadya Bogor, Jawa
Barat, di sekitar 60 kilometer dari Jakarta atau 43 kilometer dari Cipanas.
Istana ini berada di atas tanah berkultur datar, seluas sekitar 28,86
hektar, di ketinggian 290 meter dari permukaan laut, tergolong ke dalam
kota beriklim sedang, dengan hawa sejuk sangat sesuai untuk peristirahatan. Riwayat
Istana Kepresidenan Bogor bermula dari Gubernur Jenderal Belanda bernama G.W.
Baron van Inhoff, yang mencari tempat peristirahatan dan berhasil menemukan
sebuah pesanggrahan (10 Agustus 1744) yang diberi nama Buitenzorg (artinya
bebas masalah/kesulitan). Dia sendiri membuat sketsa dan membangunnya
(1745-1750) mencontoh arsitektur Blehheim Palace, kediaman Duke of Malborough,
dekat kota Oxford di Inggris.Penghuni terakhir Istana Buitenzorg itu adalah
Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborg Stachourwer yang terpaksa harus
menyerahkan istana ini kepada Jenderal Imamura, pemeritah pendudukan Jepang.
Akan tetapi, riwayat telah mencatat sebanyak 44 gubernur jenderal Belanda
pernah menjadi penghuni istana ini. Setelah masa kemerdekaan, Istana
Kepresidenan Bogor (1950) mulai dipakai oleh pemerintah IndonesiaBagian-bagian Istana Kepresidenan
Bogor, Gedung Induk terdiri dari Ruang Garuda sebagai Ruang Resepsi, Ruang
Teratai berfungsi sebagai Ruang Penerima Tamu, Ruang pemutaran film, Ruang
Kerja Presiden, Ruang Perpustakaan, Ruang Famili dan Kamar Tidur, Ruang Tunggu
Menteri yang akan mengikuti acara. Gedung Utama Saya Kiri terdiri dari Ruang
Panca Negara pernah berfungsi sebagai persiapan Konfrensi Asia Afika di
Bandung, Kemudian Ruang Tidur dan Ruang Tengah sebagai tempat menginap
Presiden, Tamu Negara, dan Tamu Agung. Gedung Utama Sayap Kanan berfungsi
sebagai tempat menginap para Presiden sebagai tamu Negara berikut tamu Negara
dan tamu lainnya. Paviliun Sayap Kiri berfungsi sebagai kantor Rumah Istana
Bogor, sedangkan Paviliun Sayap Kanan sebagai tempat menginap para pejabat dan tamu
Negara.
Istana
Kepresidenan Tampaksiring berada di atas perbuktian di Desa Tampaksiring,
Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Pulau Bali. Merupakan satu-satunya
istana kepresidenan yang dibangun masa pemerintahan Indonesia yang dibangun
pada tahun 1957 – tahun 1960, sepenuhnya ditangani oleh putra-putra Indonesia,
atas prakasa Presiden I Republik Indonesia : Soekarno.Nama Tampaksiring diambil
dari dua buah kata bahasa Bali, tampak (bermakna telapak) dan siring (bermakna
miring). Menurut legenda yang terekam pada daun lontar Usana Bali, nama itu
berasal dari bekas tapak kaki seorang raja yang bernama Mayadenawa. Kawasan
hutan yang dilalui Raja Mayadenawa dengan berjalan di atas kakinya yang
dimiringkan itulah wilayah ini dikenal dengan nama Tampaksiring.
Istana Tampaksiring
difungsikan disamping untuk acara-acara Presiden dan Wakil Presiden dalam hal
kepemerintahan dan kenegaraan, juga peruntukan untuk tempat peristirahatan bagi
Presiden dan Wakil Presiden peserta keluarga, serta bagi tamu-tamu negara.
Menurut catatan, tamu-tamu negara yang pernah berkunjung ke Istana Kepresidenan
Tampaksiring, antara lain Presiden Ne Win dari Birma (sekarang Myanmar);
Presiden Tito dari Yogoslavia, Presiden Ho Chi Minh dari Vietnam, Perdana
Menteri Nehru dari India, Perdana Menteri Khruschev dari Unit Soviet, Ratu
Juliana dari Belanda dan Kaisar Hirohito dari Jepang.Komplek Istana
Kepresidenan Tampaksiring kini terdiri dari lima gedung utama dan satu pendapa.
Dua gedung utama diberi nama Wisma Merdeka (1.200 meter persegi) dan Wisma
Negara (1.476 meter persegi) yang dipisahkan oleh celah bukit sedalam lebih
kurang 15 meter namun terhubung dengan jembatan sepanjang 40 meter, tiga gedung
utama yang lainnya diberi nama Wisma Yudhistira, Wisma Bima, dan ruang untuk
konferensi, serta Balai Wantilan.
Istana
Kepresidenan Cipanas terletak di Desa Cipanas, Kecamatan Pacet, Kabupaten
Cianjur, kaki Gunung Gede, Jawa Barat dari sebuah bantunan yang didirikan pada
tahun 1740 oleh seorang tuan tanah asal Belanda bernama Van Heots, pada
ketinggian 1.100 meter dari permukaan laut, di atas areal lebih kurang 26
hektar den
gan luas bangunan sekitar 7.760 meter persegi. Pada tahun 1916, masa
pemerintahan Hindia Belanda di bangun tiga bangunan dengan nama Paviliun
Yudistira, Paviliun Bima dan Paviliun Arjuna. Pada tahun 1954, di masa Presiden
I Republik Indonesia Ir. Soekarno, didirikan sebuah gedung berhiasan batu
bertentuk bentol.
Istana ini dibangun dengan keadaan panorama
alam yang asri, udaranya bersih, sejuk dengan berlatar belakang Gunung Gede.
Dalam areal hutan istana, hingga tahun 2001, menurut Katalog yang disusun
secara alfabetis terbitan Istana Kepresidenan berkerja sama LIPI tercatat
sebanyak 1.334 spesimen, 171 spesies, 132 marga, serta 61 suku. Selain dengan
lingkungan yang asri istana ini juga dialiri air panas. sebagai tempat
peristirahatan dan persinggahan Presiden dan Wakil Presiden beserta
keluarganya, para kepala negara tetangga yang berkunjung ke Indonesia. Pada
tahun 1971, Ratu Yuliana meluangkan waktunya untuk singgah.
Gedung Bentol terletak di belakang
Gedung Induk berada di lereng gunung, maka bangunan ini berdiri lebih tinggi
dari pada bangunan-bangunan yang ada, merupakan produk dua arsitek anak bangsa.
RM.Soedarsono dan F. Silaban. Sekelilingnya amat hening, sunyi dan sepi,
suasana ini yang oleh Presiden Soekarno, dipakai untuk menyusun berbagai
rencana dan strategi membawa bangsa ini yang dikorbarkannya dalam pidato
kenegaraan, pada setiap peringatan hari proklamasi.
Istana
Kepresidenan Yogyakarta terletak di ujung selatan Jalan Akhmad Yani (yang
dahulu jalan Malioboro), Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kotamadya
Yogyakarta. Kompleks ini dibangun di atas lahan seluas 43.585 meter persegi,
sejak didirikannya Istana Yogyakarta tidak banyak berubah. Di halaman
serambi depan tampak sebuah patung raksasa penjaga pintu (dwarapala) setinggi
dua meter. Selain itu, terdapat sebuah tugu Dagoba (yang oleh orang Yogyakarta
disebut Tugu Lilin) setinggi tiga setengah meter, yang senantiasa menyalakan
api semu di puncaknya. Tugu ini terbuat dari batu andesit. Halaman belakang
istana ditumbuhi oleh pepohonan besar dan tinggi yang dedaunannnya amat lebat
dan rindang sehingga tampak seakan merindangi bangunan istana. Istana
Kepresidenan Yogyakarta dikenal juga dengan nama Gedung Agung atau Gedung
Negara, salah satu fungsi gedung utama istana, yaitu sebagai tempat penerimaan
tamu-tamu agung.
Gdung Induk R. Garuda Pada tanggal 6 Januari
1946 Yogyakarta resmi menjadi ibu kota baru Republik Indonesia setelah
pemerintah Republik Indonesia berhijrah dari Jakarta ke Yogyakarta. Sejak saat
itu Gedung Agung berubah menjadi Istana Kepresidenan, rumah kediaman Presiden
Soekarno, Presiden I RI beserta keluarganya.
Pada tanggal 28 Desember 1949, Presiden
berpindah ke Jakarta, sehingga istana ini tidak lagi menjadi tempat kediaman
Presiden. Setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada masa dinas Presiden II
RI, sejak tanggal 17 April 1988, Istana Kepresidenan Yogyakarta/Gedung Agung
juga digunakan untuk penyelenggaraan Upacara Parade Senja pada setiap tanggal
17, di samping untuk Acara Perkenalan Taruna-taruna Akabri Udara yang Baru, dan
sekaligus Acara Perpisahan Para Perwira Muda yang Baru lulus dengan Gubernur
dan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta. Bahkan sejak 17 Agustus 1991, secara
resmi Istana Kepresidenan Yogyakarta digunakan sebagai tempat memperingati
Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan untuk DI Yogyakarta.
Dari semua Istana Negara yang kita miliki, seluruh fungsinya adalah untuk kegiatan kenegaraan yang berkaitan dengan tamu dari dunia Internasional. Bagus kan seluruh Istana Negara yang ada di Indonesia kita harus bangga menjadi warga Indonesia siapa tahu suatu saat nanti salah satu dari kita ada yang bisa mengunjungi bahkan tinggal di dalamnya, semoga bermanfaat informasi ini.
Daftar Referensi:
http://www.ihsanfirdaus.com/mengenal-5-istana-negara-di-indonesia/http://id.wikipedia.org/wiki/Istana_Negara
Siti Qomariyah
1DF01
57212081
Tidak ada komentar:
Posting Komentar